Kamis, 28 Maret 2013



SENIN, 11 MARET 2013

Renungan Harian 2013
BAHAGIA YANG SESUNGGUNYA

Hari ini aku sangat bahagia! Apa sih definisi bahagia yang sesungguhnya? Dengan harta yang berlimpah? Atau harus bepergian ke tempat-tempat yang jauh dan menghabiskan banyak uang? Mungkin juga harus puas berbelanja semua barang yang kita ingini?
Bahagai yang sesunggunya bukanlah bahagai yang diciptakan oleh materi. Bahagai itu diukur dari hati nurani, dimana kita bias tertawa lepas dengan situasi dan kondisi kita apa adanya.
Sepulang dari gereja, saya dan teman-teman berkumpul bersama. Di tempat itu kami memasak makanan yang sederhana. Ada sesuatu yang berbeda ketika kami memasak. Ada canda tawa yang membumbui perkumpulan kami.
Rasa bahagai yang didapat dari seorang teman/sahabat tidak dapat di ukur dengan makanan enak di restoran ternama. Apa gunanya bila kita makan di tempat yang mahal ataupun pergi jalan-jalan di tempat yang mewah bila hanya seorang diri?
Bahagai yang sesungguhnya ada di dekat kita. Bahagai yang sesungguhnya adalah saat di mana kita berkumpul dan saling berbagi dengan keluarga atau sahabat-sahabat kita. Hali yang paling menyenangkan adalah ketika kita melihat senyum mengembang pada bibir mereka dan telinga kita mendengar tawa mereka.

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudarah dalam kesukaran”.
Amsal 17:17



KETEKUNAN MENGALAHKAN KEPANDAIAN

Kesuksesan berada di tangan orang yang pandai. Bila ada pepatah yang mengatakan demikian, maka tidaklah sepunuhnya benar. Ada sebuah kisah di mana ada dua orang yang sangat berbeda jalan kehidupannya. Si Pandai dan si Tekun. Si Pandai selalu menjadi juara di sekolah, namun si Tekun tidak terlalu pandai namun dia selalu mengerjakan segala sesuatu dengan baik.
Saat mereka sudah lulus sekolah, si Pandai mempunyai prinsip bahwa “ kesuksesan akan datang sendiri kepadaku karena aku pandai “. Sudah bertahun-tahun dia berdian di rumah, namun kepandaian yang dia miliki tidaklah berguna. Ia tidak berubah menjadi lebih baik, malainkan masih tetap sama seperti bertahun-tahun sebelumnya.
Berbeda halnya dengan si Tekun. Ia tidak pandai, melainkan dia sangat tekun dan rajin dalam melakukan segala sesuatu. Dia tekun mempelajari hal-hal yang dirasa sangat sulit baginya. Dia selalu mencoba untuk memperbaiki apa yang masih dirasa kurang dalam pekerjaannya setiap harinya. Beberapa tahun kemudian, si Tekun ini menjadi orang yang sangat sukses.
Hendaknya kita menjadi orang yang tekun di dalam Tuhan. Saat kita tekun di hadapan Tuhan, maka kita juga akan tekun terhadap apa yang kita kerjakan dalam dunia. Tekun bersaat teduh, tekun memberi perpuluhan, tekun melakukan firman, tekun melayani dan masih banyak ketekunan yang lainnya.
Saat kiat melakukan ketekunan, maka itu sama halnya dengan kita sedang berlatih tentang kesabaran. Saat kita tekun dan sabar, maka kita akan mau menerima segala kekurangan dan akan memperbaikinya esok hari. Jadikan setiap kekurangan kita sebagai anak tanggaa yang akan kita pijat untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi.

“Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan kekurangan satu apapun”.
Yakobus 1:4









Senin, 11 Maret 2013


Renungan Harian 2013
BAHAGIA YANG SESUNGGUNYA

Hari ini aku sangat bahagia! Apa sih definisi bahagia yang sesungguhnya? Dengan harta yang berlimpah? Atau harus bepergian ke tempat-tempat yang jauh dan menghabiskan banyak uang? Mungkin juga harus puas berbelanja semua barang yang kita ingini?
Bahagai yang sesunggunya bukanlah bahagai yang diciptakan oleh materi. Bahagai itu diukur dari hati nurani, dimana kita bias tertawa lepas dengan situasi dan kondisi kita apa adanya.
Sepulang dari gereja, saya dan teman-teman berkumpul bersama. Di tempat itu kami memasak makanan yang sederhana. Ada sesuatu yang berbeda ketika kami memasak. Ada canda tawa yang membumbui perkumpulan kami.
Rasa bahagai yang didapat dari seorang teman/sahabat tidak dapat di ukur dengan makanan enak di restoran ternama. Apa gunanya bila kita makan di tempat yang mahal ataupun pergi jalan-jalan di tempat yang mewah bila hanya seorang diri?
Bahagai yang sesungguhnya ada di dekat kita. Bahagai yang sesungguhnya adalah saat di mana kita berkumpul dan saling berbagi dengan keluarga atau sahabat-sahabat kita. Hali yang paling menyenangkan adalah ketika kita melihat senyum mengembang pada bibir mereka dan telinga kita mendengar tawa mereka.

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudarah dalam kesukaran”.
Amsal 17:17



KETEKUNAN MENGALAHKAN KEPANDAIAN

Kesuksesan berada di tangan orang yang pandai. Bila ada pepatah yang mengatakan demikian, maka tidaklah sepunuhnya benar. Ada sebuah kisah di mana ada dua orang yang sangat berbeda jalan kehidupannya. Si Pandai dan si Tekun. Si Pandai selalu menjadi juara di sekolah, namun si Tekun tidak terlalu pandai namun dia selalu mengerjakan segala sesuatu dengan baik.
Saat mereka sudah lulus sekolah, si Pandai mempunyai prinsip bahwa “ kesuksesan akan datang sendiri kepadaku karena aku pandai “. Sudah bertahun-tahun dia berdian di rumah, namun kepandaian yang dia miliki tidaklah berguna. Ia tidak berubah menjadi lebih baik, malainkan masih tetap sama seperti bertahun-tahun sebelumnya.
Berbeda halnya dengan si Tekun. Ia tidak pandai, melainkan dia sangat tekun dan rajin dalam melakukan segala sesuatu. Dia tekun mempelajari hal-hal yang dirasa sangat sulit baginya. Dia selalu mencoba untuk memperbaiki apa yang masih dirasa kurang dalam pekerjaannya setiap harinya. Beberapa tahun kemudian, si Tekun ini menjadi orang yang sangat sukses.
Hendaknya kita menjadi orang yang tekun di dalam Tuhan. Saat kita tekun di hadapan Tuhan, maka kita juga akan tekun terhadap apa yang kita kerjakan dalam dunia. Tekun bersaat teduh, tekun memberi perpuluhan, tekun melakukan firman, tekun melayani dan masih banyak ketekunan yang lainnya.
Saat kiat melakukan ketekunan, maka itu sama halnya dengan kita sedang berlatih tentang kesabaran. Saat kita tekun dan sabar, maka kita akan mau menerima segala kekurangan dan akan memperbaikinya esok hari. Jadikan setiap kekurangan kita sebagai anak tanggaa yang akan kita pijat untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi.

“Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan kekurangan satu apapun”.
Yakobus 1:4